Bekerja pada Tahap Sekretariat yang mengurusi surat-surat masuk dan mencatat segala kebutuhan dinas atasan ( sektretaris), juga mengetik surat-surat, sebab terbukti saya lumayan terampil dalam pemakaian komputer yang terkadang memberi pelajaran mengenai pengoperasian komputer di luar kantor.

Semacam biasanya, sebuahinstansi pemerintah rutin ada siswa-siswi yang melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang terbukti adalah tahap dari kurikulum yang wajib dijalani oleh setiap murid.

Pagi itu kurang lebih pukul 09:00 saya sedang mengetik sebuahnota untuk dikirim ke sebuahinstansi lain, tiba-tiba saya didatangi oleh 3 siswi lengkap dengan seragam sekolahnya.

“Selamat pagi, Pak!” sapa mereka dengan kompak dan ramah.
“Pagi.., ada yang bisa saya bantu?” jawab saya dengan ramahnya.
“Begini Pak.., kami ingin menyakan apakah di sini tetap menerima anak sekolah untuk PKL?”
“Oooh.. kalian dari sekolah mana?” tanya saya.
“Saya dari SMK X pak.. dan ini surat permohonan kami dari sekolah.”, kata mereka sambil menyerahkan surat permohonan terhadap saya.
Lalu saya baca, di sana tertulis nama-nama mereka, seusai berakhir saya menatap mereka satu persatu.
“Coba, saya ingin tahu nama-nama kalian dan ketrampilan apa yang kalian miliki?” tanya saya sok pintar.
“Nama saya Devi Pak, yang ini Desy dan yang itu Susy Pak..”, mereka juga membahas bahwa mereka bisa memakai komputer mesikipun belum terampil, sebab di sekolahnya diberbagi ketrampilan komputer.

Si Devi mempunyai postur tubuh yang agak kurus dengan bentuk wajah bulat dan mempunyai bentuk payudara yang hampir rata dengan dadanya. Si Desy agak gemuk dan singkat tetapi mempunyai payudara yang besar, dan yang satu ini mempunyai postur tubuh yang agak tinggi dari kawan-kawannya, sangat cantik dan sexy semacam artis bintang mega sinetron dengan bulu-bulu halus di tangannya, warna kulit kuning langsat dengan wajah yang imut-imut dan bibir yang merah dan payudara yang montok, ukuran dadanya 34B.

Wah.. pikiran saya jadi kotor nih (maklum mesikipun saya tak sempat berhubungan badan, tetapi saya tak jarang nonton BF). Umumnya mereka semua mempunyai wajah yang cantik, kulit putih dan bersih.

“Begini ya adik-adik, kebetulan di sini terbukti belum ada yang PKL, tetapi bakal saya tanyakan pada atasan saya dulu..”, kata saya,
“Nanti, seminggu lagi, tolong adik-adik kesini untuk menantikan jawaban.” lanjut saya sambil tak henti-hentinya memandangi wajah mereka satu persatu. Seusai berbasa-basi sedikit, akhirnya mereka pulang.

Saya menghadap atasan yang kebetulan sedang baca koran, maklum pegawai negeri kan populer dengan 4D (datang, duduk, diam dan duit). Seusai bicara ala kadarnya, atasan saya menyetujui dan saya lah yang disuruh memberi tugas apa yang wajib mereka kerjakan nanti.
“Tolong, kelak kalian yang mengawasi dan memberi arahan pada mereka.” kata atasan saya.
“Tapi jangan diarahin yang ngga-ngga lho..” Saya agak bimbang dibilang semacam itu.
“Maksud Bapak?”
“Iya, tadi saya sempat lihat, mereka cantik-cantik dan saya perhatikan mata kalian ngga lepas-lepas tuh.”
“Ah, Bapak bisa aja, saya ngga ada maksud apa-apa, kecuali dirinya mau diapa-apain.” kata saya sambil bercanda dan tertawa.
“Dasar kamu..”, jawab atasan saya sambil ketawa.
Terbukti, mesikipun dirinya atasan saya tetapi di antara kami tak ada batas, maklum atasan saya juga mata keranjang dan rahasia bahwa dirinya tak jarang main perempuan telah adalah rahasia kami berdua.

Seminggu kemudian, mereka bertiga kembali ke kantor. Seusai itu saya jelaskan bahwa mereka bisa PKL di sini dan langsung mulai bekerja. Seusai itu Devi dan Desy saya tugaskan di bidang lain, sedangkan Susy, saya suruh menolong pekerjaan di ruangan saya. Kebetulan ruangan saya tersendiri.

Terbukti telah saya rancang sedemikian rupa supaya rutin bisa menikmati keindahan tubuh Susy yang saat itu kelihatan cantik dan sexy dengan rok yang agak ketat di atas lutut. Lalu saya mengantar Devi dan Desy ke ruangan lain untuk menolong karyawan yang lain, sedangkan Susy saya suruh menantikan di ruangan saya. Seusai itu saya kembali ke ruangan.

Apa yang wajib saya kerjakan, Pak?” tanya Susy ketika saya telah kembali.

“Kamu duduk di depan komputer dan tolong bantu saya mengetik berbagai nota.” sembari memberbagi berbagai lembar kertas kerja pada nya.
“Dan tolong jangan panggil saya Bapak, saya belum Bapak-bapak lho, panggil saja Mas Bimo.” kata saya sambil bercanda.
“Baik Mas Bimo, tetapi tolong ajarkan saya mengetik, sebab saya belum mahir memakai komputer.”

Saya mulai memberi arahan sedikit mengenai tutorial mengetik sambil tak henti-hentinya memandangi wajah Susy tanpa sepengetahuannya. Saya berdiri di sampingnya sambil menikmati. Sebentar-sebentar mencuri pandang ke arah payudaranya yang kelihatan dari atas sebab kerahnya agak terbuka sedikit.

Nampak sekali kelihatan belahan payudaranya yang putih mulus tertutup bra warna coklat muda. Apalagi ditambah dengan paha yang sangat sexy, mulus dan kuning langsat yang roknya naik ke atas ketika duduk. Tanpa disadari, kemaluan saya berdiri tegak. Pikiran kotor saya keluar, bagaimana caranya untuk bisa menikmati keindahan tubuh anak SMK ini.

Di hari pertama ini, saya hanya bisa bertanya-tanya mengenai sekolah dan keluarganya dan terkadang bercanda sambil menikmati keindahan tubuhnya. Nyatanya Susy adalah anak yang enak diajak bicara dan cepat menyesuaikan dengan lingkungan. Terkadang saya suka mengarahkan ke cerita yang porno-porno dan dirinya cuma tersipu malu.

Selama itu, saya juga berpikir bagaimana caranya untuk merasakan kenikmatan tubuh Susy. Saya merencanakan untuk membikin strategi, sebab besok atasan saya bakal dinas ke luar kota kemarin hari jadi saya leluasa berdua dengannya.

Pada hari ketiga, pagi-pagi Susy telah datang dan kebetulan atasan saya sedang dinas ke Bandung selagi 5 hari. Semacam biasa, dirinya rutin menanyakan apa yang bisa dirinya kerjakan.

Inilah peluang saya untuk melaksanakan rencana yang telah disiapkan dengan pikiran kotor saya, apalagi ketika dirinya sedang duduk di kursi, tanpa disadari atau disengaja, duduknya agak mengangkang, jadi bisa terlihat jelas celana dalamnya yang berwarna putih di antara pahanya yang putih mulus.

“Gini aja Sus, kebetulan kali ini kayaknya kami lagi ngga ada kerjaan.. gimana kalau kami lihat kabar-kabar di internet?” kata saya mulai memancing.
“Kebetulan tuh Mas Bimo, tolong dong sekalian ajarin mengenai internet!” pintanya, Nah kebetulan nih,
“Selesai.. yuk kami masuk ke ruangan atasan saya, sebab internetnya ada di ruangan bos saya.”
“Ngga enak mas, kelak ketahuan Bapak.”
“Kan Bapak lagi dinas ke luar kota, lagian ngga ada yang berani masuk kok tidak hanya saya.” jawabku sambil sebentar-sebentar melihat celana dalamnya yang terselip di antara pahanya.
Benda pusaka saya telah tegang sekali, dan semacamnya Susy sempat melihat ke arah celana saya yang telah berubah bentuk, tetapi cepat-cepat dialihkannya.

Lalu kami berdua masuk ke ruangan atasan saya sambil menutup, lalu menguncinya.
“Mas.. kenapa dikunci?” tanya Susy merasa tak enak. “Sengaja.. biar orang-orang menyangka kami tak ada di dalam. Lagian kan kelak ganggu kami aja.”
“Ih, Mas pikirannya kotor, awas ya kalau macam-macam sama Susy!” katanya mengancam tetapi dengan nada bercanda.
Lalu kami berdua tertawa, semacamnya dirinya tak curiga kalau saya ingin macam-macam dengannya. Susy saya suruh duduk di kursi dan saya duduk di sebelahnya, di atas sandaran kursi yang diduduki oleh Suzy. Semacam hari-hari sebelumnya, saya bisa melihat dengan leluasa paha dan payudara Susy tanpa sepengetahuannya.

Supaya Susy tak curiga, saya mengajari tutorial membuka internet dan mengawali langkah awal dengan melihat-lihat kabar.
“Sus.. kalian tahu ngga kalau di internet kami bisa melihat cerita dan foto-foto porno?” tanya saya mulai memasang strategi.
“Tahu sih dari kawan-kawan, tetapi saya ngga sempat lihat sebab terbukti tak tahu tutorial memakai internet.. tetapi kalau lihat foto gituan dari majalah sih pernah.” katanya malu-malu.
“Nah ya.. anak kecil telah ngeliat yang macam-macam.” kata saya bercanda sambil memegang pundaknya dan dirinya diam saja sambil tertawa malu-malu.
“Kalau saya lihatin cerita-cerita dan foto porno di internet mau ngga?” pinta saya.
“Mau sih, tetapi jangan dibilangin ke kawan-kawan Susy ya mas..! Kan malu.”
“Percaya deh, saya ngga bakalan nyeritain ke kawan-kawan kamu.”

Saya mulai membuka cerita porno di salah satu situs di internet dan Susy mulai membacanya dengan penuh perhatian.

Lama-lama, saya pun melihat wajah Susy agak berubah dan sedikit gemetar dan agak menegang pertanda dirinya mulai terangsang, saya dengan perlahan-lahan mulai meraba pundaknya. Sengaja saya lakukan dengan perlahan untuk memberbagi rangsangan dan supaya jangan terlihat saya ingin mengambil peluang.

Nampaknya mulai sukses sebab dirinya diam saja. Sedangkan kemaluan saya yang telah tegang menjadi terus tegang. Seusai Susy membaca berbagai cerita lalu saya bukakan foto-foto porno.
“Iiih.. fotonya fulgar banget Mas..”.
“Itu sih belum seberapa, sebab hanya foto doang..” kata saya mulai memancing.
“Kalau kalian mau, saya punya film-nya.” lanjut saya.
“Ngga ah, saya takut ketahuan orang.”, semacamnya dirinya tetap takut kalau ada orang lain masuk.
“Percaya deh sama saya, lagian cuma film, kecuali kalau kami yang begituan.”
“Nah kan Mas Bimo mulai nakal..”, katanya dengan nada menggoda dan membikin pikiran saya terus jorok saja dan kamipun berdua tertawa.
Saya kemudian membuka VCD porno yang terbukti sengaja telah saya siapkan di dalam CD Room komputer

Saya mulai memutarnya dan berbagai saat terlihat adegan seorang wanita sedang mengulum kemaluan dua orang negro. Sedangkan kemaluan si wanita di masuki dari belakang oleh seorang pemuda bule. Susy kelihatan diam saja tanpa berkedip, malah posisi duduknya mulai telah tak tenang.
“Kamu sempat lihat film ginian ngga Sus..” tanyaku padanya
“Belum sempat Mas, cuma foto-foto di majalah saja” jawabnya dengan suara agak gemetar. Semacamnya dirinya mulai terangsang dengan adegan-adengan film tersebut.
“Kalau gitu saya matiin saja, ya Sus? Kelak kalian marah lagi..” kataku pura-pura sok suci tetapi tetap mengelus-ngelus pundaknya.
“Aah ngga apa-apa kok Mas, sekalian buat pelajaran, tetapi Susy jangan dimacem-macemin, ya Mas?” dirinya khawatir
“Iya.. iya..” kataku untuk menyakinkan, padahal dalam hati, si otong telah tak tahan.

Secara perlahan-lahan tangan saya mulai memegang dan mengelus tangannya, dirinya diam saja dan tak ada tanda-tanda penolakan. Yang anehnya, dirinya diam saja ketika saya merapatkan duduknya dan saya pegang tangannya yang berbulu halus dan saya taruh di atas pahasaya. Matanya tetap tertuju pada adegan film dan suaranya terbukti sengaja saya buat agak keras terdengar supaya lebih nafsu melihatnya.

Terdengar suara rintihan dan erangan dari di wanita, ketika kemaluannya di sodok-sodok oleh si negro dengan kemaluan yang sangat besar dan panjang, sedangkan mulutnya dengan lahap mengulum batang kemaluan si Bule. Saat ini Susy terus tak tenang duduknya dan terdengar nafasnya agak berat bertanda nafsunya sedang naik. Peluang ini tak saya sia-siakan.

Tangan Susy tetap berada di atas paha saya, lalu tangan kiri saya mulai beraksi membelai rambutnya, terus ke arah lehernya yang jenjang. Susy kelihatan menggelinjang ketika lehernya saya raba.
“Acchh.. Mas bimo, jangan, Susy merinding nih..” katanya dengan nada mendesah membikin saya terus bernafsu.
Saya tetap tak peduli sebab dirinya juga tak menepis tangan saya, malah agak meremas paha saya.

Tangan kiri saya juga tak diam, saya remas-remas tangan kanan Susy dan sengaja saya taruh cocok di atas kemaluan saya.
“Sus, kalian cantik deh, kayak artis itu” kata saya mulai merayu.
“Masa sih Mas?” semacamnya dirinya terbuai dengan rayuan saya. Dasar anak tetap 17 tahun.
“Bener tuh, masa saya bohong, apalagi payudaranya semacamnya sama yang di film.”
“Ih.. Mas bimo bisa aja” katanya malu-malu.

Adegan film berganti cerita di mana seorang wanita mengulum 2 batang kemaluan dan kemaluan wanita itu sedang dijilati oleh lelaki lain. Tangan susy terus keras memegang paha dan tangan saya.
“Kamu terangsang ngga Sus?” tanyaku memancing.

Dia menoleh ke arah saya lalu tersenyum malu, wah.. wajahnya nampak kemerahan dan bibirnya terlihat basah, apalagi di tambah wangi parfum yang di pakainya.
“Kalau Mas, terangsang ngga?” dirinya balik bertanya.
“Terus terang, aku sih terangsang, ditambah lagi nonton sama kalian yang sangatlah cantik ” rayu saya, dan dirinya hanya tertawa kecil.
“Saya juga kayaknya terangsang Mas,” katanya tanpa malu-malu.
Melihat situasi ini, tangan saya mulai meraba ke arah lain. Perlahan-lahan saya arahkan tangan kanan saya ke arah payudaranya dari luar baju seragam sekolahnya. Sedangkan tangan kiri, saya jatuhkan ke atas pahanya dan saya raba pahanya dengan penuh perasaan. Susy terus menggelinjang keenakan. Mulus sekali tanpa cacat dan pahanya agak merenggang sedikit.
“Aaahh, jangan Mas, Susy takut, Susy belum sempat beginian, kelak ada orang masuk mass.. oohh..” katanya sambil tangan kanannya memegang dan meremas tangan kanan saya yang ada di atas pahanya yang sedang saya raba, sedangkan tangan kirinya memegang sandaran kursi.

Terasa sekali bahwa Susy juga terangsang dampak saya perlakukan semacam itu, apalagi ditambah dengan adegan film siswi anak sekolah Jepang yang dimasuki vaginanya dari belakang oleh seorang gurunya di ruangan kelas

Saya yang telah tak tahan lagi, tak peduli dengan kata-kata yang diucapkan Susy. Sebab saya tahu bahwa dirinya sebetulnya juga ingin menikmatinya. Tangan kanan saya makin meremas-meremas payudara sebelah kanannya.
“Oohh Maass.. jaangaan Maas.. ohh..” Susy terus mendesah.

Cerita Mesum : Badan Susy makin menggelinjang dan dirinya rapatkan badan dan kepalanya ke dada saya. Tangan kiri saya pindah untuk meraba wajahnya yang sangat cantik dan manis.

Turun ke leher terus turun ke bawah dan membuka dua kancing seragamnya. Terlihat gundukan belahan payudaranya yang putih dan mengencang di balik BH-nya. Tangan saya bermain di kurang lebih belahan dadanya sebelah kiri, saya remas-remas lalu pindah ke payudaranya yang sebelah kanan.
“Ooohh.. Maas Bimoo.. oohh.. jaangaann.. mmhh..” saya terus bernafsu mendengar suara rintihannya menahan birahi yang bergejolak.
Dadanya terus bergetar dan membusung ketika saya terus meremas dan hebat BH-nya ke atas. Terlihat putingnya yang kecil dan berwarna merah yang terasa mengeras. Tangan kanan saya yang sejak tadi meraba pahanya, dengan cara perlahan-lahan masuk ke balik roknya yang tersingkap dan meraba-raba celananya, yang ketika saya pegang nyatanya telah basah.
“Ooohh.. Mass enakk.. teerruuss.. aahh..”

Kepala Susy mendongak menahan birahi yang telah terus meninggi. Terlihat bibir merah membasah. Dengan cara spontan, saya cium bibirnya, nyatanya dibalas dengan buasnya oleh Susy.

Lidah kami saling mengulum dan saya arahkan lidah saya pada langit-langit bibirnya. Terus tak menentu saja getaran badan Susy. Sambil berciuman saya pegang tangan kirinya yang di atas selangkangan dan saya suruh dirinya untuk meraba batang kejantanan saya yang telah menegang dan kencang di balik celana panjang.
“Mmmhh.. mmhh..” saya tak tahu apa yang bakal dirinya ucapkan sebab mulutnya terus saya kulum dan hisap. Segera saya lepas semua kancing seragamnya sambil tetap menciumi bibirnya. Tangan saya membuka BH yang kaitannya berada di depan, terlihat payudaranya yang putih bersih dan besar dan perutnya yang putih tanpa cacat. Saya raba dan saya remas seluruh payudaranya.

Hal ini membikin susy terus menggelinjang. Tiba-tiba, Susy hebat diri dari ciuman saya.
“Mas.. jangan diterusin, Susy ngga sempat berbuat semacam ini.” semacamnya dirinya sadar bakal lakukanannya.

Dia menutupi payudaranya dengan seragamnya. Melihat semacam ini, perasaan saya was-was, jangan-jangan dirinya tak mau meneruskan. Padahal saya sedang hot-hotnya berciuman dan meraba-raba tubuhnya.

Tetapi birahi saya yang tinggi telah melupakan segalanya, saya mencari akal supaya Susy mau melampiaskan birahi yang telah hingga ke ubun-ubun.
“Jangan takut Sus, kami kan ngga bakal berbuat jauh, saya cuma mau merasakan keindahan tubuh kamu.”
“Tapi bukan semacam ini caranya.”
“Bukannya kalian juga menikmati Sus?”
“Iya, tetapi Susy takut kalau hingga keterusan, Mas!”
“Percaya deh, Mas tak bakal berbuat ke arah sana.” Susy terdiam dan memandangi wajah saya, lalu saya membelai rambutnya. Saya tersenyum dan dirinya pun ikut tersenyum. Semacamnya dirinya percaya bakal kata-kata saya. Film telah habis dan saya mematikan komputer. Saya berdiri dan dengan cara tiba-tiba, saya membawa tubuh Susy.
“Maass, Susy mau dibawa kemana?” dirinya berpegangan pada pundak saya.
Baju seragamnya terbuka lagi dan nampak payudaranya yang montok.
“Kita duduk di sofa saja.” Saya angkat Susy dan saya pangku dirinya di sofa yang ada di dalam ruangan bos.
“Sus kalian cantik sekali..” rayu saya dan dirinya hanya tersenyum malu.
“Boleh saya mencium bibir kamu..?” dirinya diam saja dan tersenyum lagi. Terus cantik saja wajahnya.
“Tapi janji ya Mas bimo ngga bakal berbuat semacam di film tadi?”
“Iya saya janji” Susy terdiam lalu matanya terpejam.
Dengan spontan saya dekati wajahnya lalu saya cium keningnya, terus pipinya yang kiri dan kanan, seusai itu saya cium bibirnya,nyatanya dirinya membalas. Saya masukkan lidah saya ke dalam rongga mulutnya.

Birahinya mulai bangkit lagi. Susy membalas ciuman saya dengan ganas dan nafsunya melumat bibir dan lidah saya. Tangannya meremas-remas kepala dan pundak saya. Ciuman berjalan lumayan lama kurang lebih 20 menit. Sengaja tangan saya tak berbuat lebih jauh supaya Susy percaya dulu bahwa saya tak bakal berbuat jauh.

Seusai saya yakin Susy telah lupa, tangan saya mulai meraba perutnya yang telah terbuka. Lalu perlahan-lahan naik ke payudaranya.
“Aaahh.. Mass teruuss..” desahnya. Nyatanya birahinya mengalahkan kekuatirannya. Dengan penuh kelembutan saya sentuh putingnya yang telah mengeras.
“Aaahh.. aahh.. mmhh..” saya terus menambah kreatifitas saya.
Putingnya saya pilin-pilin. Badan Susy menggelinjang keenakan, bibir saya turun ke bawah, saya jilati lehernya yang jenjang.
“Ooouuhh Mass, teruuss, enaak Maass.” Susy terus mengeluh keenakan membikin libido saya makin meningkat.
Kemaluan saya terasa tegang sekali dan terasa sakit sebab tertekan pantat Susy. Lalu saya rebahkan dirinya di sofa sambil tetap menciumi seluruh wajahnya. Lalu saya jilati payudaranya sebelah kanan.
“Maass Bimoo..” Susy berteriak keenakan.
Saya jilati putingnya dan saya hisap dengan keras.
“Aahh.. oouhh.. terruuss oohh.. enaakk.”
Nampak putingnya terus memerah. Lalu gantian putingnya yang sebelah kiri saya hisap. Semacam bayi yang kehausan, saya menyedotputingnya terus keras. Susy makin menggelinjang dan berteriak-teriak. Tangan kiri saya lalu mulai meraba pahanya, saya buka pahanya, terus tangan saya meraba-raba ke atas dan ke arah selangkangannya. Jari saya menyentuh kemaluannya di atas celana dalam yang telah basah. Awalnya dirinya bilang
“Oouhh Maass jangaann..” tetapi kemuidan,
“Oouughh Maass terruuss..” Saya masukkan jari tangan saya ke mulut Susy, lalu dihisapnya jari saya dengan penuh nafsu.
“Mmmhh..” mulut saya terus tiada henti menghisap-hisap puting payudaranya dengan cara bergantian.

Tangan saya terus menekan-nekan kemaluan Susy. Sambil saya hisap, tangan kanan meremas-remas payudaranya, sedangkan tangan kiri,saya masukkan jari telunjuk ke sela-sela celana dalamnya.
“Maass.. oohh.. janggaan oughh.. mmhh..” Susy terus mendesah-desah.
Tangannya meremas-remas sofa. Seusai puas meremas-remas payudaranya, saya pegang dan saya tuntun tangannya untuk memegang kemaluan saya yang telah tegang di balik celana panjang. Tanggan Susy diam saja di atas celana saya, lalu tangannya saya dekap di kemaluan saya. Lama-kelamaan Susy mulai meremas-remas sendiri kemaluan saya.
“Oohh Sus.. enak Sus.. terus Sus..” mesikipun kaku mengelusnya tetapi terasa nikmat sekali. Jari tangan kiri saya pun terus meraba kemaluannya, terasa bulu-bulu halus dan tetap jarang. Jari tangan saya cocok berada di atas vaginanya yang telah sangat basah, saya tekan tangan saya dan jari telunjuk saya masukkan perlahan-lahan untuk mencari clitorisnya.