Cerita Sex Tetangga yang Selalu Ada , Pembaca yang budiman, perkenalkan namaku Bobby… aku akan menceritakan kisah nyata yang terjadi pada diriku beberapa waktu yang lalu. Cerita ini diawali ketika aku masuk menjadi mahasiswa salah satu sekolah tinggi komputer yang ada di Bandung.
Pada saat itu tahun 2000, aku pindah dari Jakarta Barat yang panas ke kota dingin Bandung dan tinggal di daerah perumahan yang dulu pernah ditinggali kedua orang tuaku. Dan sekarang ini karena orang tuaku telah pindah dinas, aku hanya tinggal bersama seorang pembantuku.
Beranjak dari kehidupan dewasaku yang jauh dari kedua orang tua, aku mulai terbiasa dengan kehidupan bertetangga. Salagh satu tetangga dekatku adalah tante Ana, seorang wanita s*xy beranak satu yang suaminya jarang di rumah karena kesibukan bisnis. Usianya kira-kira 32 tahun, namun badannya terlihat sangat mulus dan s*xy seperti gadis umur 17 tahunan.
Satu tahun sudah aku tinggal, di akhir tahun 2001 aku mulai merasakan gejolak n*fsu yang amat sangat terhadap wanita. Pada suatu malam aku mulai merasa ingin sekali bermain/bertamu ke rumah tante Anna namun aku selalu tidak berani dan merasa takut kalau nanti suaminya akan datang dan aku akan dikomentari tidak baik.
Bulan itu adalah bulan Januari 2002, usiaku pada saat itu baru 19 tahun dan tepat pada bulan Januari tanggal 20 aku genap 20 tahun. Di sini aku mengkisahkan hal sangat nyata yang terjadi dalam diriku. Malam itu malam Jum’at, cuaca sangat tidak mendukung dan tiba-tiba hujan sangat deras dengan diikuti angin kencang.
Aku sangat sedih dengan kesendirianku, karena malam ini adalah malam kelahiranku. Aku duduk-duduk seorang diri sambil mengh*sap r*kok kesukaanku, namun malam semakin tidak mendukung karena cuacanya. Aku berusaha mencari kesibukan dengan membaca-baca buku pelajaran, tiba-tiba aku dikejutkan dengan bunyi pagar samping yang khas, seorang wanita menghampiriku yang ternyata adalah tetangga sebelahku (Tante Anna).
“Ada apa tante?” aku mulai bertanya.
“Bob, (namaku) tolong dong pasangin lampu kamar saya di rumah,”
Ternyata lampu kamar tante Anna putus dan aku disuruh memasangkannya. Lalu aku mengikutinya dari belakang menuju rumahnya melalui pintu belakang. Di saat aku mengikutinya aku sempat terangs*ng dengan sentuhannya pada saat memasuki pintu belakang, karena ternyata dia tidak menggunakan br* dan aku sempat gemetar.
Sementara ini aku berkonsentrasi dengan permintaanya agar aku memasangkan lampu di dalam kamarnya. Setelah selesai kukerjakan, cepat-cepat aku keluar kamarnya dan berusaha tenang, kemudian aku diminta untuk duduk dulu minum kopi karena kopinya sudah disuguhkan.
Aku duduk sambil melihat tayangan TV dan aku lihat anaknya yang baru satu sedang tidur pulas di depan TV. Kemudian tidak berapa lama baru anaknya dipindahkan ke kamar. Sekarang tinggal aku dan tante Anna berdua di ruangan tengah. Waktu sudah menunjukkan pukul 22.30 dan aku minta izin untuk pulang namun aku dicegah, ia memintaku menem*ninya ngobrol.
Lama kelamaan aku mulai mengantuk dan dimintanya aku untuk rebahan dan diambilkannya bantal dan aku menurut saja. Ia bercerita bahwa tadi ada telepon dari temannya, katanya ia ditakut-takuti karena sekarang malam Jum’at ada hantu kalau sendirian di rumah.
Asyik juga lama-lama acara mengobrolnya hingga tanpa kusadari tante Anna mulai mendekatiku dan meletakkan kepalanya di p*ha sebelah kiriku, karena aku rebahan agak di belakang dari tante Anna. Perasaanku mulai tak karuan, jantungku berdebar sangat keras serta sekujur tubuhku dingin.
Karena baru pertama kali ini aku diperlakukan seperti itu (aku masih perjaka). Tiba-tiba tangan tante Anna mulai bergerak menuju sel*ngk*nganku, dan mer*masnya kemudian mengus*pnya. Saat itu aku memakai celana pendek berbahan lemas. “Hei, Bob!, ini kamu kok bangun?” tanya tante Anna.
Saat itu aku sangat malu dan tidak bisa berkata-kata lagi. Kemudian Tante mematikan lampu dan memintaku pindah ke kamarnya dengan menarikku ke atas tempat tidur. Pikiranku sangat kacau dan sangat gugup saat tiba-tiba aku dipeluk dan ditindih kemudian dic*umi. Hingga pada saat bibirku dik*lumnya aku mulai panas dan terangs*ng amat sangat.
Lama aku dibuatnya terlena dalam kemelut yang dibuatnya. Hingga tante itu mulai menuruni lekuk tubuhku sampai pada sel*ngk*nganku dan membuka celanaku. Sesaat kemudian seluruh pakaianku sudah terlepas dan apa yang terjadi ternyata pen*sku dimasukkan ke mulutnya.
Aku merasa sangat tegang dan memang baru pertama kali aku mengalami hal seperti ini. Dengan lembut dan penuh penghayatan, pen*sku dipegangnya, kadang dijil*tnya kadang dih*sapnya namun juga kadang digigitnya hingga sampai pada buah zak*rku juga di k*lumnya.
“Bob, jangan keluar dulu ya?” ujarnya dengan mulutnya yang tertutup oleh pen*sku.
“Akh.. Mmnyamm”
Aku sudah dapat membaca bahwa tante sangat haus akan s*x. Seperti orang yang lama tidak bers*tubuh hingga dengan ganasnya aku mulai ditindihnya dan aku mulai merespons.
Dengan naluri rangs*ngan, aku dorong Tante Anna kemudian aku buka pakaiannya secara perlahan sambil menc*uminya, kemudian k*lumat tet*knya yang tidak begitu besar namun masih kencang. Aku his*p dan kumain-mainkan l*dahku di sekitar put*ng s*sunya, Tante Anna mulai terangs*ng sambil menggeliat-geliat dan menekan kepalaku agar aku lebih keras lagi mengh*sapnya.
Lama aku bermain di sekitar pay*daranya sampai akhirnya aku disuruh menjil*t bagian yang sens*tif di antara sel*ngk*ngannya. Aku mulai sedikit mengerti. Dengan dibantu tangannya, aku mengerti yang mana yang harus aku jil*t dan k*lumat.
Hingga pada akhirnya aku ditariknya kembali ke atas sampai aku menindihnya dan d*d*ku menekan tok*tnya yang semakin agak keras. Lalu aku didorong ke sampingnya dan aku mulai ditindihnya kembali namun sekarang tante Anna memegang pen*sku yang semakin keras kemudian dengan perlahan tante Anna membimbingnya memasuki l*ang ken*kmatannya.
Posisi tante Anna berada di atas seperti orang naik kuda, menggoyang-goyangkan pinggulnya dan kadang menaik turunkan bok*ngnya. Lama sekali dia bertahan pada posisi itu, hingga akhirnya Tante menjerit kecil menahan sesuatu namun sambil mencengkeram bahuku.. “Akhh, Bob, saaya keluar nih, ahh.. Ahh.. Ohh.. Bob kamu belum keluar ya?”
Kemudian aku membalikkan tubuhnya dan sekarang aku ganti berada di atasnya dengan pen*sku masih menancap di l*ang ken*kmatan itu. Aku mulai menyerang, dan sekarang aku mengeluarmasukkan pen*sku. Lalu aku mengambil posisi duduk di antara sel*ngk*ngannya sambil meng*c*knya. Suara yang keluar dari mulut Tante Anna membuatku sangat terangs*ng.
“Bob, yang keras dong, lebih cepat kamu k*c*knya,” kata tante sambil memegang kedua tanganku. Aku merasa belum akan sampai, tapi tiba-tiba tante Anna mulai menggeliat-geliat sangat kasar hingga aku dipeluknya.
“Bob, ah.. Saya mau keluar lagii. Bob.. Ahh.. Ohh Bob”
Lalu aku disuruhnya mencabut pen*sku dan tante Anna keluar menuju kamar mandi. Tidak berapa lama dia kembali dan membawa kain basah lalu mengusapkannya di pen*sku yang mulai lengket. Kemudian, tante Anna mulai menaiki tubuhku kembali dan memasukkan pen*sku ke v*gin*nya yang ternyata sudah kering.
Ia memulai dengan gerakan lambat dengan menggoyangkan pinggulnya maju mundur dan aku kemudian diminta berposisi di atas. Sekarang aku yang mencoba memasukkan pen*sku ke dalam v*gin*nya dan mulai bereaksi namun sangat seret dan terasa pen*sku dijepitnya.
Aku mencoba memasukkannya lebih dalam dan menekan pen*sku agar lebih masuk kemudian aku mencoba dengan perlahan kugerakkan maju mundur diiringi goyangan pinggul Tante Anna, sesekali kedua p*hanya mengapit rapat. Lama aku mulai merasakan terangs*ng.
Dengan meng*lum tok*tnya aku mulai bereaksi dan aku mulai merasa ingin keluar. Akhirnya aku keluar dengan diiringi jeritan kecil tante Anna yang ternyata juga keluar bersamaan sampai aku tak bisa menahan diri. Kemudian aku langsung dipeluknya erat-erat dan tidak boleh mencabut pen*sku sampai aku tertidur.
Terdengar suara samar-samar dari kejauhan, orang sudah ramai di luar seperti tukang roti dan lainnya. Aku terbangun dan kulihat tak ada seorangpun di sampingku dengan pintu kamar masih tertutup rapat dan hordeng jendela masih tertutup.
Aku sempat kaget dan kulihat diriku dalam keadaan tanpa sehelai benang pun yang menempel di kulitku. Aku berusaha mencari pakaianku yang tadi malam dilempar ke sisi spring bed Tante Anna. Tak berapa lama kemudian Tante Anna membuka pintu dan masuk kembali ke kamar.
“Bobby! Kamu sudah bangun?”
“Ya..” jawabku sambil melihat seluruh tubuh Tante Anna yang ternyata baru selesai mandi dengan hanya menggunakan handuk.
Handuk itu hanya menutupi sebatas tok*tnya dan p*ngkal p*hanya yang putih merangs*ng. Lalu aku duduk di pinggir tempat tidur sambil memandangi pemandangan yang indah itu. Tiba-tiba saja pen*sku yang sudah loyo bangun kembali, namun kuurungkan niatku untuk bermain di pagi hari. Dengan cepat aku keluar dari kamar menuju kamar mandi.
Selesai dari kamar mandi aku masuk kembali ke kamar tidur untuk minta handuk, tapi ternyata yang kulihat di dalam kamar, Tante Anna belum juga berpakaian sementara handuk yang melekat di tubuhnya sudah tidak ada. Aku pandangi terus t*buh t*npa busana itu,
Lalu aku mendekatinya dan sempat kuc*um bahunya, namun dengan gerakan yang cepat sekali aku didorongnya ke atas tempat tidur oleh tante Anna dan tanpa basa basi lagi dik*lumnya lagi pen*sku hingga basah oleh liurnya. Pagi ini ternyata aku sudah mulai on kembali oleh k*luman, his*pan, dan belaian tante Anna pada pen*sku.
Lalu aku dimintanya berdiri dan mel*mat tok*tnya yang sudah agak mengeras pada put*ngnya yang berwarna agak kemerahan. Kujil*t, kuh*sap kadang kur*mas pada tok*t yang satunya. Kembali aku didorong dan ditindihnya lalu.. Bless.. Slepp.. Ternyata pen*sku sudah digiringnya masuk kembali ke l*ang ken*kmatannya.
Dengan agresif dan penuh n*fsu, digoyangkannya maju mundur pant*t Tante Anna hingga aku pun mengiringinya dari bawah, sambil kure*mas-r*mas kedua tok*tnya dengan kedua tanganku.
“Ah.. Aah.. Ahh.. Ohh, Booby saya puaas ssekalii. Bob, saya mau.. Keeluaar.. Ahhohh..”
Lalu Tante Anna mencabut pen*sku dari mem*knya dan membersihkannya dengan kain di sekitar, kemudian aku dengan ganasnya memasukkan kembali senj*taku lalu kugoyang-goyangkan lalu kutekan kembali hingga Tante Anna menjerit kecil.. “Aahh.. Oohh, Bobb.. Mentok nih? Terus bob tekan punya kamu, oh Bob!”
Lama sekali aku memainkan Tante Anna, kemudian aku mencoba kembali dengan posisi D*ggy St*le. Tante Anna sambil membungkukkan badannya di atas kasur kucoba untuk memasukkan pen*sku dan Blees.. Slepp..
“Ahh, Bobb.. Terus Bob, Masukin sampai dalam, oh Bobb.. Yang kasar Bob”
Lalu dengan cepat aku memaju mundurkan pant*tku hingga aku sudah tidak tahan lagi. Dan kemudian aku sudah sampai pada dimana kenikmatan itu terasa sampai ujung rambut. Dan cairan yang kukeluarkan tidak kubuang keluar. Setelah selesai, aku mulai merasa letih dan sangat lapar.
Aku mencoba beristirahat sebentar, kutatap langit-langit yang ada di kamar itu. Kuatur nafasku perlahan dan kupeluk kembali Tante Anna, kuusap-usap tok*tnya lalu aku mencoba mengh*sap-h*sap pelan hingga sampai kumain-mainkan dengan tanganku. “Bob, udah ah, nanti lagi”.
Lalu aku lepaskan tanganku dan aku langsung bangun menuju kamar mandi. Pukul 07.15 aku sudah rapi, lalu aku minta izin untuk pulang. Setelah itu aku mulai dengan pekerjaanku di rumah. Di dalam rumah aku sempat berfikir tentang apa yang telah terjadi semalam dengan Tante Anna.
Malam pun tiba, aku seperti biasa ada di rumah sambil menyaksikan tontonan TV. Tiba-tiba pintu samping ada yang mengetuk dan kubuka, ternyata Tante Anna membawa makanan buatku. Dengan senyumnya aku ditawari makan lalu aku dic*umnya, namun tangan tante Anna kembali mengg*rayangi pen*sku. Aku terangs*ng tapi niatku untuk bers*tubuh lagi dengannya tertunda karena aku ada janji dengan teman.